Senin, 15 Agustus 2016

End

Lama saya tidak membuka dan menulis lagi di blog ini, Terakhir 2 tahun lalu saya menulis disini.
saya akui menulis memang terlihat sederhana tapi menulis itu merupakan sebuah hal yang sangat sulit saya lakukan. Banyak yang ingin saya ceritakan dalam sebuah tulisan tapi sulit untuk saya tuangkan dalam sebuah tulisan. Beruntung kalian yang senang menulis. Berusaha untuk tetap konsisten menulis tetap akan saya lakukan.

Tak terasa sudah 2 tahun berlalu, apa kabarnya dengan studi saya yang sempat "hampir" hancur?


2 tahun tidak menulis dan selama 2 tahun itulah saya berjuang untuk menyelamatkan studi saya yang "hampir" hancur itu. Tapi saya cukup beruntung walau keadaan pada saat itu tidak mendukung. Semua berkata seakan sudah selesai semuanya. Seakan sudah tidak ada jalan lagi yang bisa saya lalui untuk mencapai sebuah kelulusan. Semua itu "hampir" mematahkan seluruh semangat saya, yang pada saat itu sedang berada pada tingkat kesadaran "bahwa saya harus memperbaikinya" dan bertanggungjawab atas apa yang telah saya pilih. Sekali lagi saya harus akui bahwa saya cukup beruntung karena masih diberi semangat yang luar biasa, entah darimana semangat itu datang. Dan tiba-tiba "menampar" saya dengan sangat kuat. Menampar disaat saya sedang berada dalam kondisi tergantung dibibir jurang yang entah dimana ujungnya. Jangan tanyakan bagaimana rasanya "ditampar" dalam kondisi seperti itu. "Tamparan" itu yang membuat diri ini bangkit kembali dari kondisi ketidakmungkinan itu. Kemudian perlahan saya "merangkak" naik, "menggapai" satu demi satu pijakan, pijakan yang sudah tidak begitu aman untuk dipijaki. Tidak ada pilihan lain, selain terus bergerak dalam kondisi ketidakamanan itu. Bukan saatnya untuk memilih, tapi bergerak dan bergeraklah terus secara perlahan. Memilih pijakan yang amanpun tidak akan sempat. Apalagi berdebat dengan waktu yang tetap berjalan. Perlahan tapi pasti, saya terus merangkak naik. Saya sadar badai pasti akan tetap menyapa saya dalam perjuangan itu. Dan saya paham betul akan hal itu. Itu sebabnya saya tetap bergerak dalam kondisi gelap sekalipun. Bukan untuk melarikan diri, tapi untuk menyelamatkan diri. Sadar sedang ditempa habis-habisan oleh semesta. Tapi Tuhan maha mendengar, Tanpa do'a, perjuangan itu hanya omong kosong. Dan saya memohon kepada Tuhan untuk bantu menarik saya dari bibir jurang itu. Tuhanpun mendengar do'a dan permohonan saya.

Satu demi satu saya lewati pijakan itu dengan bantuan "tangan" Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger